
JAKARTA – Malam itu, penduduk kota Berlin tengah tertidur pulas setelah lelah seharian bekerja. Namun, tidur meraka tergangggu dengan suara konstruksi yang muncul entah dari mana. Suara kendaraan berat, hentakan kaki para tentara, teriakan-teriakan memberi komando mewarnai malam di kota Berlin.
Konstruksi terjadi secara besar-besaran di sepanjang garis pemisah sektor timur dan sektor barat kota Berlin. Pemerintah Jerman Timur (German Democratic Republik/GDR) memberi perintah yang jelas dan sederhana: Bangun tembok pemisah antara barat dan timur.
Tembok yang bukan hanya penghalang dua ideologi berbeda, tapi juga pemisah paksa semua anggota keluarga di seluruh Jerman.
Kenapa Dibangun Tembok Berlin?
Setelah kekalahan besar Jerman pada Perang Dunia II, negara ini dibagi menjadi empat zona pendudukan oleh pasukan Sekutu.
Ada Prancis, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Soviet yang membagi wilayah tersebut menjadi barat dan timur. Bahkan, Berlin yang sudah berada di timur pun juga dibagi menjadi empat zona wilayah pendudukan.
Masalahnya, muncul ketika banyak penduduk Berlin yang berbondong-bondong pergi meninggalkan wilayah timur yang dikuasai oleh Uni Soviet menuju ke wilayah barat.
Dalam kurun waktu 1949-1961, tercatat ada lebih kurang 2,7 juta orang yang berpindah ke bagian barat. Perpindahan secara sepihak ini tentu saja membuat pemerintah Jerman Timur kewalahan karena menurunnya produktifitas serta ekonomi yang semakin parah.
Kebanyakan orang-orang yang berpindah adalah pemuda berusia 25 tahunan. Penyebab utama perpindahan adalah perbedaan kondisi hidup yang lebih makmur di Jerman Barat.
Sedangkan, di Jerman Timur yang mengadopsi sistem komunis, semuanya serba susah. Bahkan di tahun 1960 saja, tercatat 200 ribu orang sudah pindah ke Jerman Barat.
Menanggapi penurunan jumlah warga negara yang semakin signifikan, Kanselir Jerman Timur, Walter Ulbricht, pada 15 Juni 1961 memerintahkan pengerjaan tembok atau penghalang di perbatasan negara.
Akhirnya setelah mendapatkan restu dari Uni Soviet, pada 12 Agusutus 1961, Jerman Timur mengumumkan pembuatan tembok di seluruh Jerman Timur dan kota Berlin dengan alasan, untuk menghentikan aktivitas bermusuhan dari kekuatan revanis dan militeristik Jerman Barat serta Berlin Barat.
Pengendalian perbatasan seperti yang umumnya ditemukan di setiap negara berdaulat akan didirikan di perbatasan Republik Demokratik Jerman, termasuk perbatasan dengan sektor barat Berlin Raya.
Pembangunan Tembok Berlin
Pada malam 12 menuju 13 Agustus 1961, dengan restu Uni Soviet, pemerintah Jerman Timur mengerahkan ribuan tentara dan polisi untuk menutup perbatasan antara Berlin Timur dan Berlin Barat. Awalnya, pembatas ini hanya berupa pagar kawat berduri dan blok beton sederhana agar menjadi penanda perbatasan.
Namun, dalam waktu singkat, konstruksi berubah menjadi dinding beton setinggi 3,6 meter, dilengkapi menara pengawas, lampu sorot, jalur patroli, serta “strip kematian” yang dijaga ketat.
Pada malam 13 Agustus, Wali Kota Berlin Willy Brandt menyampaikan pidato di hadapan Dewan Perwakilan yang berisi kecaman akan tindakan ilegal dan tidak manusiawi yang dilakukan oleh Jerman Timur.
Bahkan, sempat terjadi kejadian yang mungkin bisa memicu Perang Dunia Ketiga ketika tank-tank Amerika Serikat dan Uni Soviet saling berhadapan di pos perbatasan Friedrichstrasse pada 25 Oktober 1961.
Kondisi sangat memanas pada saat itu. Selama hampir enam belas jam, kedua negara adidaya tersebut saling berhadapan dengan jarak hanya beberap meter saja.
Untungnya semua bisa dihindari berkat inisiatif diplomatik Presiden Amerka John F. Kennedy dan Kepala Pemerintahan Uni Soviet, Nikita Khurshchev.
Dampak Tembok Berlin
Kehadiran Tembok Berlin memisahkan keluarga, teman, dan komunitas selama hampir 28 tahun. Banyak percobaan dari warga Jerman Timur yang ingin melarikan diri ke Barat. Namun tidak sedikit pula dari mereka yang ditangkap atau bahkan tewas ditembak oleh penjaga perbatasan.
Namun pada 9 November 1989, masyarakat Jerman yang mulai jengah dengan pembagian wilayah akhirnya memilih untuk bersatu dan menghancurkan Tembok Berlin yang menjadi lambang pemisah. Menandakan akhir dari era Perang Dingin yang panjang.
Harfi Admiral