
JAKARTA – Di sebuah ruang tamu sederhana di Jepang pada 12 September 1985, sejarah budaya pop modern berubah selamanya. Hari itu Nintendo merilis Super Mario Bros untuk konsol Famicom (Family Computer) di Jepang yang kemudian meluncur ke pasar global melalui NES (Nintendo Entertainment System).
Tak ada yang menyangka permainan video sederhana dengan grafis delapan bit, musik yang ceria, dan seorang tukang ledeng bertubuh tambun bernama Mario akan menjadi pondasi bagi industri bernilai miliaran dolar, bahkan ikon budaya dunia.
Awal 1980-an bukan masa yang mudah bagi industri permainan video. Di Amerika Serikat, pasar gim hampir kolaps setelah apa yang disebut “Video Game Crash of 1983”.
Konsol Atari 2600 yang sebelumnya populer, dibanjiri oleh permainan berkualitas rendah. Salah satu simbol kejatuhan itu adalah gim E.T. (1982) yang gagal total dan bahkan disebut sebagai gim terburuk sepanjang masa. Kepercayaan publik terhadap video gim anjlok dan banyak pengamat yakin industri ini tak akan bangkit lagi.
Namun, di Jepang, sebuah perusahaan mainan kecil bernama Nintendo yang awalnya memproduksi kartu permainan hanafuda, sedang mencoba peruntungannya. Di bawah kepemimpinan Hiroshi Yamauchi, Nintendo merekrut desainer muda berbakat, Shigeru Miyamoto yang sebelumnya sudah sukses menciptakan gim arcade Donkey Kong (1981).
Di dalam permainan itu untuk pertama kalinya dunia diperkenalkan dengan karakter bernama Jumpman yang kelak berevolusi menjadi Mario.
Lahirnya dunia baru
Miyamoto dan timnya punya visi yang sederhana namun ambisius, yaitu membuat sebuah permainan video yang bisa menghidupkan kisah petualangan fantasi, bukan sekadar skor angka.
Mereka ingin menciptakan dunia tempat pemain merasa sedang menjelajahi ruang nyata seperti melompat, berlari, menemukan rahasia, dan mengalahkan musuh.Maka lahirlah Super Mario Bros.
Di dalam gim ini, pemain mengendalikan Mario dan dalam mode dua pemain, adiknya, Luigi, untuk menyelamatkan Princess Toadstool (yang kemudian dikenal sebagai Princess Peach) dari penjahat besar berbentuk kura-kura naga bernama Bowser.
Jalan menuju istana Bowser penuh dengan pipa hijau, jamur ajaib, koin emas, dan musuh-musuh aneh seperti Goomba dan Koopa Troopa.
Dengan lebih dari 32 level yang membentang dari padang rumput hingga kastil berapi, Super Mario Bros menjadi salah satu permainan pertama yang membangun narasi progresif di dalam dunia video gim. Setiap dunia baru adalah kejutan dan setiap lompatan Mario adalah bagian dari sebuah kisah.
Salah satu keajaiban tersembunyi dari Super Mario Bros adalah musiknya. Koji Kondo selaku komposer Nintendo menciptakan melodi utama yang ceria, sederhana, namun sangat melekat di ingatan. Lagu tema itu bukan sekadar latar, melainkan berfungsi sebagai penanda ritme permainan.
Pemain secara tidak sadar menyesuaikan gerakan mereka dengan ketukan musik seperti berlari, melompat, dan menghindar tepat waktu.
Hari ini tema Super Mario Bros. adalah salah satu lagu paling dikenal di dunia, sejajar dengan musik klasik atau pop internasional. Bahkan mereka yang tak pernah memegang konsol Nintendo sekalipun kemungkinan besar mengenali not-not awalnya.
Dari Jepang ke dunia
Rilis Super Mario Bros. pada 12 September 1985 di Jepang, lalu menyusul di Amerika Serikat pada akhir 1985 menandai era kebangkitan baru. Konsol NES yang membawa gim ini sebagai salah satu paket bundel laku keras. Dalam waktu singkat, Mario bukan hanya menyelamatkan sang putri, tetapi juga menyelamatkan seluruh industri video gim.
Hanya dalam beberapa tahun, Super Mario Bros. terjual lebih dari 40 juta kopi di seluruh dunia, menjadikannya salah satu permainan terlaris sepanjang masa. Mario menjadi wajah Nintendo melampaui status karakter gim dan berubah menjadi ikon global.
Pertanyaannya, mengapa Mario begitu mendunia? Jawabannya ada pada kesederhanaan universalnya. Mario bukan pahlawan super dengan kekuatan kosmik, bukan juga tokoh kompleks dengan latar belakang rumit. Mario hanyalah seorang tukang ledeng Italia sederhana dengan kumis tebal, baju merah-biru, dan topi bertuliskan huruf “M.”
Namun justru kesederhanaan itu yang membuatnya mudah dicintai. Siapa pun bisa membayangkan diri mereka sebagai Mario orang biasa yang menghadapi tantangan luar biasa.
Fenomena Mario lalu merembes ke berbagai lini budaya, mulai dari serial televisi animasi, film, mainan, hingga komik. Pada akhir 1980-an, nama Mario setara dengan Mickey Mouse dalam hal pengenalan global.
Baca Selengkapnya: [1D1H] 12 September, Hari Pertempuran Wina Ketika Dua Dunia Bertabrakan
Dari sudut pandang teknologi, Super Mario Bros. juga revolusioner. Gim ini memperkenalkan konsep side-scrolling platformer dengan mulus, memberikan ilusi dunia yang terus bergerak ke depan. Setiap level dipenuhi rahasia mulai dari blok tersembunyi, warp zone dan power-up yang mengundang pemain untuk mengeksplorasi lebih jauh.
Miyamoto merancang kontrol yang intuitif dengan tombol yang merespons instan sehingga setiap lompatan terasa alami. Kesempurnaan desain inilah yang membuat Super Mario Bros. masih asyik dimainkan hingga hari ini, meski teknologi gim telah jauh melampaui grafis 8-bit.
Hingga kini, Mario telah muncul dalam lebih dari 200 permainan, dari Super Mario 64 (1996) yang memperkenalkan dunia 3D, hingga Super Mario Odyssey (2017) yang menjadi sensasi global di konsol Nintendo Switch.
Warisannya tidak hanya dalam bentuk sekuel, tetapi juga dalam bahasa sehari-hari, musik, seni, hingga ilmu psikologi yang meneliti dampak permainan ini pada otak manusia.
Bahkan, pada 2010, Super Mario Bros. diakui oleh Museum of Modern Art (MoMA) sebagai karya seni interaktif. Mario bukan lagi sekadar karakter gim, melainkan simbol dari imajinasi, kreativitas, dan daya tahan sebuah budaya pop.
Super Mario Bros.
Pada 12 September 1985, Nintendo tidak hanya merilis sebuah gim. Mereka merilis sebuah gerakan budaya global yang masih hidup hingga kini. Mario, tukang ledeng sederhana yang melompat di atas jamur raksasa telah menjadi simbol kreativitas manusia.
Seperti kata Shigeru Miyamoto, “Video game adalah hiburan yang bisa membuat orang tersenyum. Jika saya bisa membuat seseorang tersenyum, itu sudah cukup.”
Empat puluh tahun lebih sejak rilisnya, Mario masih membuat dunia tersenyum dan melompat bersamanya.
Harfi Admiral
Pingback: [1D1H] 14 September, Rasuna Said dan Suara Perempuan yang Menggetarkan Nusantara – Rasinesia