[1D1H] 18 September, Fenomena dari Rio yang Mengubah Sepak Bola Dunia itu Bernama Ronaldo Nazario

Ronaldo membawa Brasil jadi juara dunia Fifa World Cup 2002. Foto: The Sun

JAKARTA – Pada 18 September 1976 di sebuah rumah sederhana di Bento Ribeiro, sebuah lingkungan padat penduduk di Rio de Janeiro, Brasil, lahir seorang anak lelaki yang kelak dikenal dengan julukan O Fenomeno.

Namanya Ronaldo Luís Nazario de Lima. Sejak kecil hidupnya diwarnai oleh keterbatasan ekonomi, tetapi dari jalanan berbatu tempat dia bermain bola plastik bersama teman-temannya, dunia menyaksikan lahirnya salah satu talenta terbesar dalam sejarah sepak bola dunia.

Bagi banyak orang, Ronaldo bukan sekadar pesepak bola. Dia adalah simbol transformasi permainan itu sendiri. Sebuah titik balik dalam cara dunia memandang kecepatan, teknik, dan ketahanan manusia terhadap cobaan fisik.

Rio de Janeiro selalu menjadi rumah bagi cerita-cerita besar sepak bola. Dari pantai Copacabana hingga gang-gang sempit favela, bola seolah menjadi bahasa universal yang melampaui kasta sosial.

Di Bento Ribeiro, Ronaldo tumbuh bersama jutaan anak lain yang bermimpi tentang Maracanã, stadion megah yang menjadi katedral sepak bola Brasil.

Namun, tidak semua anak bisa melewati jalan panjang menuju profesionalisme. Banyak yang terhenti oleh kemiskinan, kurangnya akses, atau sekadar keberuntungan.

Tapi Ronaldo berbeda. Sejak usia dini dia menunjukkan kelincahan yang alami, hampir mustahil diajarkan. Bola melekat di kakinya seakan bagian dari tubuh.

Seorang pencari bakat lokal, Jairzinho, legenda Piala Dunia 1970, melihat potensi luar biasa itu. Jalan Ronaldo menuju panggung dunia pun terbuka.

Ronaldo memulai karier profesional di Cruzeiro pada usia 16 tahun. Dia mencetak 44 gol hanya dalam 47 pertandingan, angka yang mencengangkan bahkan untuk liga Brasil yang sarat talenta. Tak butuh waktu lama sebelum mata Eropa tertuju padanya.

Pada 1994 di usia 17 tahun, Ronaldo dibawa ke Piala Dunia AS. Meski tidak bermain, dia sudah dianggap sebagai “masa depan Brasil.” Setahun kemudian, PSV Eindhoven di Belanda merekrutnya. Di sana, Ronaldo mengasah dirinya menghadapi ketatnya persaingan antarpemain di sepak bola Eropa.

Setiap pertandingan, Ronaldo selalu memperlihatkan sesuatu yang baru. Dribel cepat, akselerasi mustahil, serta penyelesaian akhir yang membuat kiper tak berdaya. Dunia mulai memperhatikan bocah kurus dari Rio yang bermain dengan cara yang belum pernah terlihat sebelumnya.

Barcelona dan tahun fenomenal

Musim 1996–1997 di Barcelona menjadi titik balik. Ronaldo masih berusia 20 tahun tetapi telah mencetak 47 gol dalam 49 pertandingan. Di mencatat rekor sebagai pemain termuda yang pernah meraih penghargaan FIFA World Player of the Year.

Di lapangan, Ronaldo tampak seperti anomali fisik dengan kecepatan sprinter, kekuatan seorang gelandang, dan teknik seorang maestro. Tidak heran dia mendapat julukan O Fenomeno.

Namun, kejayaan itu tidak berlangsung lama. Transfer kontroversial membawa Ronaldo ke Inter Milan pada 1997 yang membuka bab baru dalam kariernya.

Cedera yang menjadi musuh abadi Ronaldo

Di Inter Milan, Ronaldo menjadi sosok penting bagi klub. Fans Italia memujanya, lawan-lawannya gentar menghadapi kecepatannya. Tetapi takdir punya rencana lain. Pada 1999, lutut Ronaldo mengalami cedera serius yang ditandai dengan robeknya tendon patella-nya.

Kembali ke lapangan setelah berbulan-bulan menjalani rehabilitasi, Ronaldo kembali cedera dalam pertandingan pertamanya. Dunia terdiam melihat “lutut patah” yang hampir mengakhiri kariernya. Bagi banyak pemain, ini akan menjadi akhir.

Namun, Ronaldo berbeda. Dengan tekad yang sama besarnya dengan bakatnya, dia menolak menyerah. Ronaldo menjalani operasi, rehabilitasi panjang, dan kembali, meski tubuhnya tidak lagi secepat dulu.

Di Korea Selatan dan Jepang, dunia menyaksikan kisah kebangkitan terbesar dalam sejarah olahraga. Setelah dua operasi besar, Ronaldo menjadi bintang utama Brasil di Piala Dunia 2002.

Dengan kepala plontos khasnya dan senyum sederhana, Ronaldo mencetak 8 gol termasuk dua di final melawan Jerman. Brasil meraih gelar Piala Dunia kelima dan Ronaldo meraih penghargaan “sepatu emas”.

Adegan Ronaldo mengangkat trofi, mata berkaca-kaca, menjadi simbol kemenangan bukan hanya atas lawan, tapi juga atas rasa sakit, keraguan, dan tubuhnya sendiri.

Real Madrid dan era galacticos

Setelah Piala Dunia, Real Madrid merekrutnya sebagai bagian dari proyek ambisius Los Galacticos. Bersama Zidane, Figo, Beckham, dan Roberto Carlos, Ronaldo menjadi bagian dari salah satu tim paling glamor dalam sejarah.

Di Bernabeu, dia terus mencetak gol meski cedera masih menghantuinya. Fans Madrid memujanya bukan hanya karena gol, tetapi karena aura seorang pejuang yang menolak dikalahkan.

Meski kariernya dipenuhi cedera, Ronaldo menutup catatan kariernya dengan dua penghargaan Ballon d’Or, tiga kali FIFA World Player of the Year, lebih dari 350 gol profesional, dan satu kepingan sejarah sepak bola dunia yang tak terbantahkan: ia mengubah cara dunia memahami striker.

Baca Selengkapnya: [1D1H] 17 September, Berdirinya Palang Merah Indonesia

Sebelum Ronaldo, penyerang biasanya didefinisikan sebagai finisher, orang yang menunggu di kotak penalti. Ronaldo menambahkan dimensi baru,. Dia bisa memulai serangan dari tengah lapangan, melewati lima pemain, lalu mencetak gol.

Ronaldo adalah prototipe bagi generasi berikutnya seperti Cristiano Ronaldo, Lionel Messi, bahkan Kylian Mbappe.

Di luar sepak bola, iklan produk Nike dengan senyum Ronaldo yang khas melekat di ingatan generasi 1990-an dan awal 2000-an. Potongan rambutnya yang eksentrik di Piala Dunia 2002 menjadi salah satu tren dunia kala itu.

Setelah pensiun, dia beralih menjadi pemilik klub sepak bola. Ronaldo membeli Real Valladolid di Spanyol dengan ambisi membawa semangatnya ke generasi baru.

Cerita Ronaldo Nazario adalah kisah kontras antara kejayaan dan kehancuran, cedera dan kebangkitan, kesederhanaan pribadi dan gemerlap sorotan dunia.

Setiap kali namanya disebut, ingatan dunia sepak bola kembali pada momen-momen magis seperti dribel melawan Compostela, dua gol di final Yokohama, atau sekadar senyumnya yang menular.

Ronaldo bukan hanya legenda. Dia adalah fenomena manusia, sebuah bukti bahwa bakat, kerja keras, dan tekad mampu menaklukkan rintangan terberat.

Pada 18 September, dunia tidak hanya merayakan ulang tahun seorang pria dari Bento Ribeiro. Dunia merayakan lahirnya Fenomeno yang mengubah wajah sepak bola selamanya.

Harfi Admiral

1 komentar untuk “[1D1H] 18 September, Fenomena dari Rio yang Mengubah Sepak Bola Dunia itu Bernama Ronaldo Nazario”

  1. Pingback: [1D1H] 19 September, Insiden Hotel Yamato Saat Merah Putih Berkibar di Langit Surabaya – Rasinesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top