
JAKARTA – Pada tanggal 26 September 1641, di Warwickshire, Inggris, lahirlah seorang pria yang kelak mengubah cara manusia memandang dunia di sekeliling mereka. Namanya Nehemiah Grew. Hari kelahirannya mungkin tidak sepopuler kelahiran raja atau jenderal besar, tetapi kecerdasan intelektualnya menjadi salah satu pilar penting dalam sejarah ilmu pengetahuan.
Grew dikenal sebagai bapak fisiologi tumbuhan, sosok yang pertama kali membuka mata manusia terhadap dunia mikroskopis di dalam batang, daun, dan akar.
Nehemiah Grew lahir dari keluarga yang cukup terpandang. Ayahnya, Obadiah Grew, adalah seorang pendeta Puritan. Sosok religius yang keras, namun memberikan Grew fondasi pendidikan yang kuat.
Dia menempuh pendidikan di Pembroke College, Cambridge, lalu melanjutkan ke Leiden, Belanda, sebuah pusat intelektual Eropa yang menjadi rumah bagi banyak pemikir besar. Di Leiden, Grew menempuh studi kedokteran.
Namun, di luar ruang praktik medis, dia memiliki ketertarikan mendalam pada dunia tumbuhan, sebuah minat yang pada abad ke-17 masih dianggap bidang eksotis, bahkan remeh dibandingkan studi hewan atau manusia.
Abad ke-17 adalah masa ketika Revolusi Ilmiah sedang mekar. Mikroskop, alat baru yang ditemukan beberapa dekade sebelumnya, membuka pintu ke dunia yang tak terlihat. Robert Hooke dengan bukunya Micrographia (1665) memperkenalkan istilah cell atau sel, setelah mengamati potongan tipis gabus. Grew terinspirasi oleh gelombang baru ini dan mulai menggunakan mikroskop untuk mempelajari tumbuhan.
Dia tidak hanya sekadar menggambar apa yang dilihat. Grew mencoba mencari pola dan fungsi dari struktur yang tampak asing itu. Inilah yang membuatnya berbeda, Grew bukan hanya deskriptif, tapi juga analitis.
The Anatomy of Plant
Karya terbesar Grew adalah buku berjudul The Anatomy of Plants yang diterbitkan tahun 1682. Buku ini merupakan kompilasi risetnya selama bertahun-tahun. Di dalamnya, Grew memaparkan detail mikroskopis tentang batang, akar, biji, hingga serbuk sari. Dia menggambarkan tumbuhan dengan gaya seolah-olah sedang menulis anatomi tubuh manusia.
Grew adalah salah satu orang pertama yang menyadari bahwa tumbuhan memiliki jaringan tersusun dari unit kecil. Dia menjelaskan tentang pembuluh, serat, dan struktur yang kini kita kenal sebagai jaringan vaskular. Dari pengamatannya, Grew mampu menjelaskan bagaimana air dan nutrisi bergerak di dalam batang, sebuah fondasi awal dari fisiologi tumbuhan modern.
Salah satu sumbangsih paling penting Grew adalah studinya tentang reproduksi tumbuhan. Grew memperhatikan struktur bunga dan serbuk sari, lalu menyimpulkan bahwa tumbuhan memiliki organ kelamin jantan dan betina. Kesimpulan ini pada masanya cukup kontroversial karena menganggap bahwa tumbuhan pun memiliki seksualitas seperti hewan dan manusia.
Namun, pandangannya ini terbukti benar dan menjadi dasar bagi ilmu botani modern. Beberapa dekade kemudian, ilmuwan lain seperti Carl Linnaeus mengembangkan klasifikasi tumbuhan berbasis organ reproduksi, konsep yang tak lepas dari jejak pemikiran Grew.
Baca Selengkapnya: [1D1H] 25 September, Meracik Sejarah di Balik Kisah Hari Apoteker Sedunia
Pada 1671, Grew dipilih menjadi Fellow of the Royal Society, lembaga ilmiah paling bergengsi di Inggris kala itu. Karya-karyanya sering dipresentasikan di depan para ilmuwan besar seperti Robert Hooke, Christopher Wren, hingga Isaac Newton.
Dukungan dari Royal Society membuat riset Grew terdokumentasi dengan baik dan mendapat pengakuan luas di Eropa.
Fakta menarik tentang Nehemiah Grew
Grew tidak hanya ilmuwan, tapi juga seniman. Ilustrasi tumbuhannya sangat detail yang hingga kini dianggap karya seni. Banyak gambar dari The Anatomy of Plants masih dipajang di museum. Grew juga selalu mengaitkan ilmu dengan teologi. Karena sebagai anak seorang pendeta, Grew sering menulis bahwa keindahan dan kerumitan tumbuhan adalah bukti kebesaran Sang Pencipta.
Grew juga adalah salah satu orang pertama yang mempelajari morfologi serbuk sari, menjadikannya pionir dalam bidang palinologi (ilmu tentang serbuk sari dan spora).
Di Italia, Marcello Malpighi juga mempelajari anatomi tumbuhan. Keduanya sering disebut sebagai “bapak anatomi tumbuhan” di Eropa. Uniknya, meski bergelar dokter, namanya lebih harum sebagai ahli botani daripada praktisi medis.
Nehemiah Grew wafat pada 25 Maret 1712. Namun, gagasannya hidup jauh melampaui zamannya. Dia memberikan bahasa baru bagi ilmu botani. Konsep jaringan, pembuluh, dan fungsi fisiologis tumbuhan. Tanpa karyanya, perkembangan biologi tumbuhan mungkin berjalan jauh lebih lambat.
Isi pikiran Grew tidak hanya hadir dalam bentuk buku, tapi juga paradigma baru. Dia membantu memindahkan botani dari sekadar hobi kolektor bunga dan herbarium menjadi sebuah ilmu empiris yang berdiri di atas observasi dan eksperimen.
Ketika para ilmuwan hari ini meneliti DNA tanaman, memodifikasi gen, atau mempelajari fotosintesis dengan peralatan canggih, semua itu adalah kelanjutan dari tradisi ilmiah yang Grew bangun. Pengetahuan tentang jaringan vaskular tumbuhan, misalnya, menjadi dasar bagi agronomi modern yang memungkinkan manusia memberi makan miliaran penduduk dunia.
Tanpa Grew, pemahaman kita tentang tanaman pangan, hutan, atau bahkan ekosistem mungkin tidak akan secepat sekarang. Dalam skala besar, kontribusinya membantu manusia memahami bahwa tumbuhan bukan sekadar tanaman hijau, tetapi organisme kompleks yang menopang kehidupan di bumi.
Harfi Admiral
Pingback: [1D1H] 27 September, Terbentuknya Pakta Tripartit Jerman, Italia, dan Jepang – Rasinesia