[1D1H] 12 Agustus, Dari Starlink Hingga Satelit Mini: Semua Berawal dari Balon Raksasa di Langit Tahun 1960

Potret Project Echo 2. Foto: NASA

 

JAKARTA – Jika hari ini manusia dimudahkan dengan bisa melakukan panggilan video lintas benua, menonton streaming dari sisi dunia lain, atau membaca berita real-time dari luar negeri, sebagian besar itu berkat ribuan satelit komunikasi yang mengorbit di angkasa.

Perusahaan seperti SpaceX dengan Starlink, OneWeb, hingga satelit geostasioner milik berbagai negara, menjadi tulang punggung komunikasi global modern.

Namun, sebelum satelit canggih yang bisa memproses data miliaran bit per detik ini ada, dunia sempat memulai dengan sesuatu yang sangat sederhana, sebuah balon raksasa yang mengkilap di langit, bernama Echo I.

Era Perang Dingin dan Lahirnya Ide Gila

Tahun 1960, dunia berada di tengah perlombaan teknologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Sputnik milik Soviet sudah membuat geger dua tahun sebelumnya, dan AS, sebagai negara adidaya lainnya, tidak mau ketinggalan.

NASA pun mencoba pendekatan unik dengan cara bukan membuat satelit dengan elektronik rumit, tetapi menciptakan sebuah bola mylar berlapis aluminium berdiameter 30 meter yang bisa memantulkan gelombang radio.

Konsepnya sederhana namun revolusioner, sinyal radio dipancarkan dari Bumi, memantul di permukaan Echo I, lalu diterima kembali di titik lain di Bumi. Tanpa baterai, tanpa antena, hanya sebuah “cermin” raksasa di luar angkasa.

Kelahiran Echo I

Pengerjaan Echo I sendiri memakan waktu selama lebih kurang dua tahun. Dimulai dari perancangan awal pada tahun 1958, di mana para insinyur NASA Goddard Space Flight Center bersama General Mills dan Goodyear Aerospace merancang konsep balon satelit yang bisa mengembang dengan sempuran.

Selanjutnya adalah menemukan kombinasi Mylar berlapis alumunium setebal setengah milimeter yang cukup ringan, namun mampu memantulkan sinyal radio dan bertahan di ruang angkasa.

Di tahun 1959, prototipe dari Echo I sudah selesai dan siap diuji coba. Prototipe itu diberi nama Echo 1A dan diluncurkan pada 13 Mei 1960, yang gagal akibar roket pembawanya meledak.

Pada 12 Agustus 1960, roket Thor-Delta meluncur dari Cape Canaveral, Florida, membawa beban seberat 79 kilogram yang terlipat rapi.

Begitu sampai di orbit sekitar 1.600 km, balon itu mengembang menjadi bola perak raksasa yang memantulkan sinar matahari, cukup terang untuk terlihat dengan mata telanjang dari Bumi.

Bagi banyak orang pada saat itu, Echo I bukan hanya proyek teknologi, tapi simbol bahwa AS mampu berinovasi dengan cara yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Sebuah kebanggaan sebagai salah satu negara adidaya terkuat.

Manfaat dan Eksperimen

Echo I digunakan untuk percobaan komunikasi suara jarak jauh antara laboratorium di pantai timur dan barat Amerika Serikat. Echo I juga sekaligus dipakai untuk mengukur kepadatan atmosfer di lapisan atas Bumi serta mempelajari radiasi matahari yang dapat mempengaruhi teknologi di Bumi.

Beberapa kelebihan dari Echo I lainnya adalah memiliki teknologi sederhana namun efektif karena mampu memantulkan sinyal tanpa memerlukan daya internal. Biayanya juga jauh lebih murah dibandingkan satelit aktif karena hanya membutuhkan roket peluncur dan balon reflektif.

Walau memiliki biaya yang murah, Echo I dirancang mempunyai daya tahan cukup lama dengan masa aktif 8 tahun (1960–1968), serta memberikan bukti konsep komunikasi global yang kemudian membuka jalan bagi lahirnya satelit aktif seperti Telstar.

Meski teknologi ini cepat tergantikan oleh satelit komunikasi aktif seperti Telstar (1962), Echo I tetap membuktikan bahwa komunikasi via satelit adalah masa depan.

Kontroversi dan Tantangan

Beberapa ilmuwan saat itu skeptis, menyebut Echo I sebagai “proyek mengkilap tanpa masa depan” karena tidak bisa memperkuat sinyal.

Selain itu, muncul kekhawatiran militer jika semua orang bisa melihat satelit ini di langit, musuh pun bisa memantaunya.

Echo I juga dinilai rentan terhadap gangguan cuaca dan posisi seperti awan tebal atau saat berada di luar jangkauan pandang, serta tidak dapat membawa instrumen kompleks sehingga penggunaannya terbatas pada eksperimen komunikasi dan sedikit pengamatan atmosfer.

Namun, publik menyukainya. Banyak keluarga keluar malam hanya untuk melihat “bintang perak” bergerak melintasi langit, simbol harapan dan kecanggihan teknologi AS.

Warisan di Era Modern

Walau Echo I sudah lama jatuh dari orbit pada 1968, warisannya tetap terasa. Kini, Echo I dianggap sebagai nenek moyang satelit komunikasi. Tanpanya, dunia mungkin tidak akan secepat ini mengadopsi teknologi komunikasi global.

Dari balon pasif yang hanya memantulkan sinyal, kita kini punya satelit pintar dengan AI, kamera resolusi tinggi, hingga kemampuan internet global.

Dan semua itu dimulai dari satu ide “gila” di tahun 1960: meluncurkan balon raksasa ke luar angkasa.

Echo I hanyalah sebuah balon raksasa yang mengapung di langit, tapi warisannya membentang hingga tahun 2025.

Ia membuktikan bahwa luar angkasa bukan sekadar tempat eksplorasi ilmiah, tapi juga “jembatan tak kasatmata” yang menghubungkan manusia di seluruh dunia.

Harfi Admiral

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top