Foto AI Makin Realistis, Perempuan Jadi yang Paling Rentan?

Ilustrasi detektor otomatis deepfake. Foto: McAfee

 

JAKARTA – Perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) bikin banyak orang kagum sekaligus was-was. Bayangkan, hanya dengan satu baris prompt, foto bisa dimanipulasi jadi versi baru, entah ditambahkan sesuatu, diubah wajahnya, atau bahkan direkayasa total.

Dulu, hasil editan AI masih kelihatan “palsu”. Tapi sekarang? Hasilnya bisa sangat meyakinkan sampai banyak orang terkecoh. Nah, di sinilah masalah muncul. Banyak perempuan menjadi objek yang paling sering direkayasa dan diotak-atik fotonya lewat AI.

Euronews melaporkan, fenomena deepfake pertama kali diamati pada 2017. Gambar-gambar palsu bermunculan di forum Reddit yang menargetkan perempuan selebritas, sebab banyak gambar mereka tersedia di dunia maya.

Salah satunya adalah artis besar Taylor Swift yang sudah dilihat 47 juta pada sebuah media sosial.

Artis Indonesia juga banyak yang menjadi korban deepfake ini, seperti Najwa Sihab yang fotonya diedit lalu dimasukkan ke media judi online, Melaney Ricardo yang menjadi korban dalam pengeditan produk pelangsing, dan ada juga Raffi Ahmad. Editan palsu ini membuat orang yang awam akan tergoda dan tertipu pada apa yang ditawarkan.

Deepfake Pornografi

Namun, jika mengarah hal seksualitas, banyak perempuan yang menjadi korban hal ini. Seperti pengeditan foto memakai baju yang seksi, vidio berpelukan, ataupun vidio hal intim lainnya.

Tubuh perempuan sejak lama sudah sering dijadikan objek, entah sebagai simbol moralitas, kehormatan, sampai komoditas. Dengan adanya AI, pola itu justru makin gampang dilanggengkan.

Kasus deepfake pornografi yang menimpa banyak figur publik perempuan jadi contoh nyata. Mayoritas korban manipulasi gambar intim non-konsensual adalah perempuan. Dampaknya bukan cuma soal reputasi, tapi juga trauma psikologis, stigma sosial, bahkan kekerasan berbasis gender.

Bukan Hanya Perempuan

Memang, secara teknis AI tidak pilih-pilih sasaran. Siapa pun bisa jadi korban, termasuk laki-laki, anak-anak, hingga politisi. Bedanya, kerentanan perempuan biasanya berkaitan dengan tubuh dan seksualisasi.

Sementara itu, laki-laki atau tokoh politik lebih sering diserang lewat manipulasi yang berkaitan dengan isu politik, ekonomi, atau kriminal.

Jadi, perempuan bukan satu-satunya korban, tapi kelompok yang paling terdampak dalam konteks seksual.

Media Sosial: Ladang Subur Penyalahgunaan

Di media sosial, tren manipulasi ini makin jelas. Belum lama ini, sebuah foto perempuan hasil AI viral karena terlihat begitu realistis. Banyak orang terkagum-kagum, tapi tidak sedikit juga yang khawatir.

Pada kolom komentar postingan itu, banyak yang bilang, “Kalau AI makin gila, gimana kalau foto kita tiba-tiba diedit jadi seksi atau bahkan telanjang, lalu disebarkan tanpa kita tahu?”

Lebih parah lagi, di platform X ( dulunya Twitter), sejumlah tagar viral justru berisi editan wajah anak-anak dan pelajar yang dipadukan ke konten sensual.

Ini jelas bahaya, karena pemilik wajah asli bisa saja tidak sadar kalau fotonya sudah dijadikan konsumsi orang lain.

Fenomena ini memicu pertanyaan serius, bagaimana caranya teknologi bisa berkembang tanpa merugikan kelompok yang rentan?

Regulasi hukum, literasi digital, dan perlindungan data pribadi jelas perlu dikuatkan. Kalau tidak, teknologi AI bisa jadi alat represi baru, terutama terhadap tubuh perempuan yang bekerja secara lebih halus dan sulit dilacak.

Pada akhirnya, masalah ini tidak bisa diselesaikan hanya dengan teknologi. Butuh juga perubahan cara pandang sosial: perempuan bukan sekadar objek! Selama paradigma lama masih bertahan, teknologi secanggih apa pun hanya akan melanggengkan pola yang sama, tapi dengan cara yang lebih berbahaya.

Roudhatul Salsabilla Mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas andalas. Saat ini sedang bergiat di Labor Penulisan Kreatif, Unand

Roudhatul Salsabilla

1 komentar untuk “Foto AI Makin Realistis, Perempuan Jadi yang Paling Rentan?”

  1. Pingback: Cara Ampuh Agar Bisa Kentut Dengan Mudah Saat Mengalami Kesulitan – Rasinesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top