Langkah Praktis Mengatasi Fenomena Stagnasi pada Sosial Media

Kombinasi evaluasi konten, pemahaman audiens, serta keberanian untuk mencoba strategi baru, pertumbuhan bisa kembali bergerak. Foto: Pexels/Prateek Katyal

JAKARTA – Dunia digital semakin menjadi tolak ukur kehidupan manusia. Beragam aktivitas bisa dilakukan di dunia maya ini. Mulai dari hanya sekedar hiburan, info-info keadaan dunia hingga menjadi mata pencarian bagi para pedagang atau UMKM.

Hal ini disebabkan oleh masa transisi aktivitas publik yang banyak mengalihkan kegiatan yang sebelumnya secara offline menjadi online. Salah satu pengaruh besar Covid-19 yang telah berlalu berdampak hingga saat ini.

Kepraktisan dan perkembangan teknologi yang semakin melejit membuat sosial media sebagai makanan pokok publik yang tiada habisnya. Akan tetapi, apa jadinya media sosial jika mengalami kemacetan atau kejenuhan dalam perkembangannya?

Konten kreator dan digital marketer pasti pernah merasakan ketika akun media tiba-tiba mengalami hambatan. Tentu hal ini menjadi pengaruh besar bagi mereka yang menopang pencarian di sosial media.

Menggunakan media sosial sebagai bagian dari strategi marketing sudah jadi hal umum untuk hampir semua bisnis di era digital ini. Tapi, tidak sedikit akun yang awalnya tumbuh pesat tiba-tiba melambat, bahkan berhenti mendapatkan followers baru meski konten tetap rutin dibuat.

Fenomena stagnasi ini bisa dialami siapa saja, mulai dari akun personal, UMKM, hingga brand besar. Penyebabnya pun beragam, bisa mulai dari karena algoritma yang berubah, kejenuhan audiens, sampai kurangnya variasi dalam konten yang kamu buat.

Kabar baiknya, ada banyak langkah praktis yang bisa kamu lakukan untuk menghidupkan kembali pertumbuhan akunmu.

Fokus pada kualitas konten

Jangan terjebak dengan target harus posting setiap hari. Algoritma Instagram dan TikTok kini justru lebih mengutamakan engagement dibanding kuantitas posting.

Menurut HubSpot, sebuah video pendek bisa menghasilkan engagement hingga 54% lebih tinggi dibanding format lain. Contohnya saja ketika melihat lima tahun belakangan, para penikmat sosial media ini cenderung aktif melihat tutorial cara memasak sesuatu di Youtube dengan durasi lebih dari lima menit.

Baca Selengkapnya:Tak Hanya Materi, Ini 5 Cara Mudah Investasi pada Diri Sendiri

Saat ini dalam jangka waktu kurang dari dua menit vidio tutorial masak dapat ditonton pada aplikasi lain seperti Tiktok dengan isi vidio singkat, padat dan jelas.

Artinya, dari pada sibuk mengejar jumlah konten saja lebih baik kamu membuat konten yang benar-benar bermanfaat, relevan, dan mampu memancing interaksi audiens. Sehingga kejenuhan tidak terjadi pada sosial media kamu.

Segarkan persona dan gaya komunikasi

Audiens bisa bosan kalau gaya komunikasimu begitu-begitu saja. Cobalah sesekali menggunakan humor, storytelling, atau gaya bahasa yang lebih santai.

Data dari Sprout Social menyebutkan bahwa 64% konsumen lebih menyukai brand dengan kepribadian autentik. Carilah hal-hal unik seperti cara bicara, menyelipkan atraksi keren atau jargon tersendiri sebagai bentuk pengenalan identitas pribadimu. Jadi, stagnasi pertumbuhan kadang bisa jadi bukan salah algoritma, tapi karena audiens merasa bosan dengan suaramu.

Atur waktu posting yang tepat

Waktu unggah konten sangat berpengaruh untuk hasil interaksi yang didapatkan. Riset dari Hootsuite menunjukkan jam sibuk audiens rata-rata ada pada pukul 11.00–13.00 dan 18.00–20.00. Jam tersebut adalah waktu produktif untuk istirahat sejenak, sehingga membuka ponsel adalah hal yang menyenangkan untuk digunakan.

Kalau selama ini kamu posting di jam acak, besar kemungkinan kontenmu terkubur sebelum sempat dilihat. Jadi gunakan data analitik untuk tahu kapan audiensmu paling aktif. Sehingga viewers menjadi melejit dan fyp.

Coba format konten baru

Kalau akunmu stagnan, bisa jadi alasannya karena audiens sudah terlalu terbiasa dengan format lama. Sesekali coba buatlah konten polling, Q&A, atau libatkan audiens lewat user generated content.

Variasi format seperti ini akan membuat orang lebih tertarik untuk kembali berinteraksi. Terlebih ketika ada hal yang mengundang keuntungan bagi audiens sehingga ada interaksi mutualisme terjadi antara kamu dan audiens.

Gunakan iklan berbayar

Paid ads bisa menjadi “booster” ketika pertumbuhan melambat. Misalnya, dengan Instagram Ads, kamu akan bisa menjangkau audiens baru yang punya karakter mirip dengan followers saat ini.

Baca Selengkapnya: Gunakan Trik-Trik Psikologi ini Untuk Dongkrak Jumlah Followers di Sosial Media

Strategi ini bukan hanya akan membantu menambah followers, tapi juga memperluas jangkauan kontenmu ke target yang lebih tepat. Dengan hal ini akun kamu akan terkesan mahal dan memiliki kepercayaan tinglat tinggi oleh audiens.

Kolaborasi dengan kreator atau brand lain

Kolaborasi adalah cara efektif untuk memperkenalkan akunmu ke audiens baru. Tidak perlu selalu dengan influencer besar, micro-influencer justru bisa mendatangkan engagement yang lebih tinggi. Seperti akun besar yang menampilkan info daerah, hal ini sering kali menjadi tempat masyarakat mencari info-info penting seputar daerah mereka.

Studi dari Influencer Marketing Hub menunjukkan engagement micro-influencer bisa mencapai 3,86% di Instagram, lebih tinggi dibanding selebriti dengan jutaan followers.

Audit akun secara rutin

Sering kali stagnasi terjadi karena hal teknis yang terabaikan, seperti bio yang membingungkan, highlight berantakan, atau deskripsi akun yang sudah tidak relevan.

Oleh karena itu, melakukan audit setiap 2–3 bulan akan membantu kamu menemukan kelemahan tersebut. Jadi jangan lupa juga menyesuaikan strategi konten dengan tren terbaru, misalnya Instagram  kini lebih mengutamakan Reels dibanding posting foto biasa.

Stagnasi pertumbuhan akun media sosial itu wajar, tapi bukan berarti kamu tidak bisa mengatasinya. Dengan kombinasi evaluasi konten, pemahaman audiens, serta keberanian untuk mencoba strategi baru, pertumbuhan bisa kembali bergerak. Selamat mencoba!

Mayang Puti Ifanny

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top