[1D1H] 27 September, Terbentuknya Pakta Tripartit Jerman, Italia, dan Jepang

Penandatanganan Pakta Tripartit di Berlin, Jerman. Foto: Warfare History Network

JAKARTA – Tanggal 27 September 1940 di kota Berlin yang kala itu menjadi pusat kekuasaan Nazi, sebuah dokumen ditandatangani. Dokumen ini tidak panjang, tetapi dampaknya mengguncang dunia.

Pakta Tripartit. Perjanjian antara Nazi Jerman, Kekaisaran Jepang, dan Fasis Italia ini menandai lahirnya aliansi militer yang kemudian dikenal sebagai Poros atau Axis Powers.

Pakta ini adalah pengumuman lantang akan tiga kekuatan besar dengan ambisi yang membara dan siap mengguncang dunia.

Untuk memahami Pakta Tripartit, kita harus kembali ke suasana dunia pada 1940. Eropa sedang terbakar. Adolf Hitler baru saja menaklukkan Polandia, Belanda, Belgia, dan Prancis dalam serangkaian serangan kilat. Inggris berdiri sendirian menghadapi gempuran Luftwaffe dalam Battle of Britain.

Di Asia, Jepang sudah sejak 1937 melancarkan perang besar-besaran melawan Tiongkok. Impian Jepang adalah menciptakan “Asia Timur Raya”, wilayah luas di bawah dominasi Kekaisaran. Namun ekspansi itu membuat Jepang berhadapan langsung dengan kekuatan Barat, terutama Amerika Serikat yang punya kepentingan besar di Pasifik.

Sementara itu, Italia di bawah Benito Mussolini, meski tidak sekuat Jerman, berambisi membangkitkan kembali kejayaan Romawi lewat perang di Afrika dan Balkan.

Ketiga negara ini punya tujuan berbeda tapi satu kesamaan, yaitu haus kekuasaan, haus wilayah, dan tidak segan menantang kekuatan besar dunia.

Isi perjanjian Pakta Tripartit

Pakta Tripartit yang ditandatangani pada 27 September 1940 memiliki inti sederhana namun menakutkan. Pertama, ketiga negara ini (Jerman, Jepang, Italia) sepakat membentuk aliansi militer. Kedua, jika salah satu pihak diserang oleh negara yang tidak sedang terlibat perang di Eropa atau Asia (secara implisit ditujukan kepada Amerika Serikat), maka dua pihak lainnya akan membantu. Terkahir, pakta ini berlaku selama 10 tahun.

Baca Selengkapnya: [1D1H], 26 September, Lahirnya Nehemiah Grew Sang Bapak Fisiologi Tumbuhan

Secara praktis, perjanjian ini adalah pesan kepada Amerika. Jika Amerika ikut campur, maka Amerika akan menghadapi tiga raksasa sekaligus.

Upacara penandatanganan berlangsung megah di Berlin. Joachim von Ribbentrop, Menteri Luar Negeri Jerman mewakili Nazi. Galeazzo Ciano, menantu Mussolini sekaligus Menteri Luar Negeri Italia hadir mewakili Roma. Jepang diwakili oleh Saburo Kurusu, seorang diplomat senior Jepang.

Hitler sendiri tidak hadir sebagai penandatangan, tapi jelas dia adalah arsitek utama pakta ini. Bagi Hitler, pakta ini adalah cara menunjukkan kepada dunia bahwa Nazi Jerman bukanlah pemain tunggal, melainkan bagian dari blok global yang berbahaya.

Bagi Amerika Serikat yang saat itu masih mencoba bersikap netral, Pakta Tripartit adalah peringatan keras. Presiden Franklin D. Roosevelt sudah khawatir bahwa perang yang sedang berkecamuk di Eropa akan menjalar ke Pasifik. Kini, ancaman itu menjadi nyata.

Uni Soviet, meski baru saja menandatangani Pakta Molotov–Ribbentrop dengan Jerman pada 1939, melihat perjanjian ini dengan penuh curiga. Stalin tahu cepat atau lambat, Jerman akan berbalik menyerang ke timur.

Di sisi lain, rakyat di negara-negara yang diduduki Poros melihat pakta ini sebagai kabar buruk kalau kekuasaan penjajah mereka semakin kokoh.

Meski secara resmi membentuk blok militer, kenyataannya aliansi ini rapuh. Jerman, Jepang, dan Italia punya visi yang berbeda. Jerman fokus pada dominasi Eropa. Jepang hanya mengincar Asia dan Pasifik. Sedangkan Italia lebih sibuk mengejar impian Mussolini di Afrika Utara.

Koordinasi militer di antara mereka sangat minim. Bahkan, sering kali mereka tidak memberi tahu sekutu mereka tentang operasi besar. Misalnya, Jepang tidak memberi tahu Jerman sebelum menyerang Pearl Harbor pada Desember 1941. Namun, meski rapuh, pakta ini tetap menimbulkan ketakutan global.

Pakta Tripartit menjadi salah satu alasan dunia menyebut perang yang sedang terjadi sebagai Perang Dunia Kedua. Dengan Jerman menguasai Eropa, Jepang menekan Asia, dan Italia mencoba memperluas kekuasaan, konflik ini menjadi benar-benar meluas.

Titik balik datang setelah Jepang menyerang Pearl Harbor. Amerika Serikat akhirnya masuk perang dan sesuai Pakta Tripartit, Jerman serta Italia pun menyatakan perang terhadap Amerika. Hal ini justru mempercepat kehancuran Poros karena kini mereka harus menghadapi gabungan kekuatan industri terbesar di dunia.

Fakta-fakta menarik

Meski dinamakan Tripartit, pakta ini kemudian diikuti oleh negara lain, seperti Hungaria, Rumania, Slovakia, Bulgaria, bahkan Yugoslavia (meski belakangan menarik diri). Jadi ini bukan hanya perjanjian tiga negara saja.

Isi pakta jelas menyasar Amerika Serikat, meski saat itu belum masuk perang. Hitler ingin mencegah AS turun tangan, tapi malah memicu lawan yang lebih kuat.

Nazi menggunakan penandatanganan pakta ini sebagai propaganda, menunjukkan bahwa Jerman memiliki “saudara seperjuangan” di seluruh dunia. Ketidaksinkronan tujuan membuat aliansi ini tidak pernah benar-benar solid.

Seiring berjalannya perang, pakta ini terbukti tidak mampu menyelamatkan negara-negara Poros. Italia runtuh pada 1943, Mussolini ditangkap dan kemudian dieksekusi. Jerman hancur pada 1945 setelah Hitler bunuh diri di bunker Berlin. Jepang pun menyerah setelah bom atom menghantam Hiroshima dan Nagasaki.

Pakta Tripartit yang pada 1940 tampak sebagai aliansi menakutkan, hanya bertahan singkat sebagai simbol kekuatan. Pada akhirnya, itu hanyalah dokumen yang menegaskan keserakahan tiga negara dan kehancuran yang mereka timbulkan sendiri.

Pakta Tripartit adalah bukti bagaimana aliansi politik bisa mengubah jalannya sejarah. Pada 27 September 1940, dunia menyaksikan lahirnya blok Poros yang dengan cepat mengobarkan api perang ke setiap benua. Namun, seperti banyak aliansi yang dibangun di atas ambisi sempit dan egoisme nasional, aliansi ini runtuh dari dalam.

Hari ini, ketika kita melihat kembali pada penandatanganan itu, kita melihat pelajaran pahit, yaitu kekuatan yang dibangun tanpa visi bersama tidak akan bertahan lama.

Tetapi bagi jutaan orang yang hidup di masa itu, Pakta Tripartit bukan sekadar dokumen, pakta itu adalah simbol dari tahun-tahun tergelap dalam sejarah umat manusia.

Harfi Admiral

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top