Film “Mishima: A Life in Four Chapters” Karya Paul Schrader Akhirnya Akan Tayang di Jepang Setelah 40 Tahun Dilarang Secara De Facto

Cuplikan Film “Mishima A Life in Four Chapters” Karya Paul Schrader. Foto: The Hollywood Reporter

JAKARTA – Jika semua berjalan sesuai rencana, sebuah kekosongan paling aneh dalam sejarah perfilman Jepang akan segera berakhir. Edisi ke-38 Tokyo International Film Festival (TIFF) mengumumkan pada Rabu, (1/10/2025) bahwa mereka telah memasukkan pemutaran retrospektif film biopik sastra klasik Paul Schrader berjudul Mishima: A Life in Four Chapters. Penayangan ini akan menjadi semacam pemutaran perdana film tersebut di Jepang sekitar 40 tahun setelah dirilis.

Dilansir dari The Hollywood Reporter, perjalanan film ini menuju layar bioskop Jepang memang penuh lika-liku dan dalam banyak hal, keberadaannya saja sudah merupakan sebuah keajaiban.

Ditulis bersama dan disutradarai Schrader kurang dari satu dekade setelah namanya melambung lewat naskah Taxi Driver, film ini didukung oleh Zoetrope Pictures milik Francis Ford Coppola dan George Lucas pada masa paling produktifnya.

Seluruh film Mishima: A Life in Four Chapters diambil di Jepang dengan pemain lokal. Film ini menggambarkan kehidupan serta gagasan salah satu ikon sastra paling kontroversial Jepang, Yukio Mishima.

Mishima adalah novelis yang lima kali dinominasikan Nobel Sastra sebelum mengakhiri hidupnya dengan ritual bunuh diri usai gagal memimpin kudeta untuk mengembalikan kekuasaan Kaisar Jepang. Dengan musik dramatis karya Philip Glass, Schrader memadukan momen kehidupan Mishima dengan adegan-adegan bergaya teatrikal dari karyanya.

Sejak dirilis, film ini menuai pujian kritis. Ia meraih penghargaan Best Artistic Contribution di Festival Film Cannes 1985. Kritikus Roger Ebert menyebutnya sebagai biopik paling tidak konvensional yang pernah ia lihat dan salah satu yang terbaik.

The Criterion Collection memulihkan serta merilis ulang film ini pada 2008, memperkuat statusnya sebagai film kultus. Sutradara besar seperti Martin Scorsese dan Guillermo del Toro pun menyebutnya sebagai mahakarya Schrader.

Namun, film ini gagal secara komersial, terutama karena penolakannya di Jepang. Meski didukung oleh Toho Towa dan dibintangi aktor kenamaan Ken Ogata, rencana rilis domestik kandas akibat kontroversi.

Pada pertengahan 1980-an, reputasi Mishima di Jepang masih terbelah: dipuja di kalangan sastra, namun juga dimitoskan kelompok sayap kanan sebagai martir pemulihan kekaisaran.

Baca Selengkapnya: Film Sekuel “The Simpsons” Resmi Tayang Musim Panas 2027, Kembalinya Keluarga Homer ke Layar Lebar

Akhir tragisnya pada 1970—seppuku di depan publik setelah kudeta gagal—membuatnya menjadi sosok ikonik sekaligus sensitif. Penggambaran terang-terangan tentang obsesi biseksual Mishima dan ideologi politiknya, ditambah keterlibatan sineas asing seperti Schrader, Coppola, dan Lucas, memicu boikot dari sang istri dan kemarahan kelompok ultra-nasionalis.

Bioskop-bioskop Tokyo kabarnya menerima ancaman kekerasan, sehingga Toho menarik dukungan untuk rilis domestik. Film ini bahkan dibatalkan dari jadwal TIFF tahun itu.

Hingga kini, bayang-bayang ancaman tersebut membuat distributor dan festival enggan menayangkannya. Meski sesekali diputar di ranah akademik, film ini belum pernah resmi ditonton publik Jepang.

Sumber TIFF mengatakan bahwa penayangan Mishima tahun ini dijadwalkan pada 30 Oktober 2025 sebagai bagian dari festival yang berlangsung 27 Oktober–7 November 2025. Schrader disebut berminat hadir untuk membicarakan film tersebut, meski kehadirannya belum pasti.

Panitia mengakui promosi pemutaran ini bisa jadi “sulit” karena masih ada sensitivitas politik. Keputusan menayangkan film akhirnya diambil karena bertepatan dengan 100 tahun kelahiran Yukio Mishima pada 1925.

Schrader yang kini berusia 79 tahun berulang kali menyebut Mishima sebagai karya terbaiknya sebagai sutradara, sementara Taxi Driver tetap favoritnya sebagai penulis naskah. Hal itu diungkapkannya pada saat menerima Golden Lion kehormatan di Venice Film Festival pada tahun 2022 lalu.

Rasinesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top