Emu War, Kekalahan Tentara Australia Menghadapi Kawanan Unggas

Koran melaporkan strategi baru melawan unggas. Foto: The Sunday Herald

 

JAKARTA – Pada akhir tahun 1932, petani Australia yang merupakan bekas veteran Perang Dunia I harus menggigit bibir melihat krisis global Great Depression yang terjadi saat itu.

Fenomena ini membuat harga komoditas merosot jauh sehingga gandum yang tersisa menjadi harapan terakhir para petani. Pengairan dibuat sedemikian rupa untuk mengairi perkebunan sekaligus pakan ternak di Distrik Campion.

Di tengah krisis yang melanda saat itu, burung emu hadir menjadi pelengkap kesengsaraan tersebut. 20 ribu ekor emu datang menyerbu ladang-ladang petani yang harapannya sudah hampir kering.

Pengairan yang dibuat malah mengundang burung emu yang sedang bermigrasi setelah musim kawin. Burung yang memiliki tinggi rata-rata dua meter ini merusak dan menginvasi wilayah perkebunan sehingga para petani melapor kepada pemerintah.

Pemerintah Australia dengan sigap menetapkan fenomena migrasi emu ini sebagai masalah nasional karena berdampak pada komoditas gandum. Menteri Pertahanan Australia saat itu menganggap kehadiran burung ini sebagai wabah yang dapat mengancam stabilitas bangsa.

Perang melawan emu dikumandangkan dan terjadi dalam beberapa babak. Hasil akhirnya jauh dari harapan. Pihak militer Australia tercatat menghabiskan 10 ribu peluru senapan, 2.500 mengenai burung emu, dan membunuh sekitar 986 atau sekitar 10 persen dari jumlah emu keseluruhan.

Baca Selengkapnya: Menggali Makna Jaga, Serap, dan Tumbuh di Road to PERURI Bestari Festival 2025

Jumlah ini sangat di luar ekspektasi militer saat itu karena militer Australia dikenal sebagai salah satu kekuatan besar di dunia.

Keterampilan perang ternyata tidak ada apanya di hadapan kawanan emu. Burung dengan kulit yang cukup kuat, lari yang mencapai 50km/jam, hingga fleksibilitas tubuh yang dimiliki membuat dua senapan Lewis dan 10 ribu butir amunisi milik tentara Australia tak berdaya.

Setelah hampir sebulan memerangi unggas yang tak bisa terbang ini, pemerintah Australia akhirnya menarik mundur pasukan dan mengibarkan bendera putih. Biaya operasional membengkak, sementara itu populasi emu masih banyak dan ladang milik petani tetap rusak.

Perang yang terjadi pada tanggal 2 November – 10 Desember 1932 ini malah mencoreng muka militer Australia yang dikenal perkasa.

Kini Emu War jadi legenda nasional sekaligus bahan lelucon penduduk setempat. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa teknologi serta keikutsertaan militer tidak selalu dapat membuat situasi menjadi lebih kondusif.

Sampai saat ini emu tetap berkeliaran di Australia, seolah menjadi simbol kemenangan mereka atas manusia. Dan mungkin, peristiwa ini juga sebagai alarm pengingat untuk manusia bahwa kita juga dapat takluk di hadapan segerombolan unggas.

Rega Maulana

2 komentar untuk “Emu War, Kekalahan Tentara Australia Menghadapi Kawanan Unggas”

  1. Pingback: Bagi Masyarakat Toraja Kematian Adalah Sesuatu yang Perlu Dirayakan – Rasinesia

  2. Pingback: Moa, Unggas Raksasa dari Belahan Bumi Bagian Selatan – Rasinesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top