Gaji Naik Tapi Tidak Terasa? Hati-hati Terjebak Lifestyle Inflation!

Ilustrasi lifestyle inflation. Foto: Ajaib

JAKARTA – Ketika dihadapkan pada situasi gaji tiap tahun naik, tapi saldo rekening tetap segitu-gitu saja? Di atas kertas pendapatanmu memang meningkat, tapi realitanya kamu masih ngerasa “pas-pasan”. Kalau kamu pernah mengalami hal ini, besar kemungkinan kamu sedang terjebak dalam fenomena inflasi gaya hidup.

Fenomena ini tidak sederhana. Begitu penghasilan naik, gaya hidup ikut naik. Dulu naik gaji berarti bisa nabung lebih banyak. Sekarang, naik gaji malah berarti langganan gym baru, kopi premium tiap pagi, makan siang di kafe hits, dan upgrade gawai terbaru. Ujung-ujungnya, gaji naik, tapi keuangan tak ikut membaik.

Apa itu inflasi gaya hidup?

Inflasi gaya hidup atau lifestyle inflation adalah kondisi ketika seseorang meningkatkan pengeluaran seiring bertambahnya penghasilan. Kalau dulu cukup makan di warung, setelah naik gaji jadi rutin makan di restoran. Kalau dulu naik transportasi umum, sekarang beli motor atau mobil biar lebih nyaman.

Masalahnya, kenaikan pengeluaran ini sering kali tidak diiringi peningkatan tabungan atau investasi. Akibatnya, ketika penghasilan meningkat, kemampuan finansial jangka panjang tetap stagnan.

Menurut survei dari Bankrate di Amerika Serikat, lebih dari 40% orang dengan gaji di atas rata-rata tetap merasa hidup dari gaji ke gaji (living paycheck to paycheck). Fenomena serupa juga terjadi di Indonesia, bukan karena penghasilannya kecil, tapi karena gaya hidup membesar seiring naiknya pendapatan.

Kenapa inflasi gaya hidup bisa berbahaya?

Kenaikan gaya hidup sering terasa wajar karena kita merasa “pantas menikmati hasil kerja keras”. Padahal, tanpa disadari, ini bisa menggerogoti stabilitas finansial dalam jangka panjang. Berikut beberapa dampak nyatanya:

  1. Kesulitan menabung dan berinvestasi

Ketika pengeluaran naik tanpa perencanaan, ruang untuk menabung atau berinvestasi makin sempit. Akibatnya, kamu jadi sulit punya dana darurat, apalagi aset yang bisa berkembang.

  1. Rentan saat krisis

Kalau pengeluaran naik tapi tabungan minim, kamu bisa kewalahan saat penghasilan turun, misalnya karena PHK atau resesi ekonomi.

  1. Sulit capai tujuan finansial

Mau punya rumah, dana pensiun, atau modal usaha? Semua jadi lebih lama tercapai kalau gaya hidupmu terus naik tanpa kendali.

  1. Mental selalu kurang

Inflasi gaya hidup membuat kamu sulit merasa cukup. Setiap naik level, muncul lagi kebutuhan baru yang bikin pengeluaran terus meningkat tanpa ujung.

Bagaimana cara menghindari inflasi gaya hidup?

Naik gaji sama dengan naik gaya hidup. Begitu menerima kenaikan gaji, tetapkan batas gaya hidup. Misalnya, naik gaji 10%, tapi hanya 3% yang boleh dialokasikan untuk hiburan atau kebutuhan baru. Sisanya masuk tabungan atau investasi.

  1. Gunakan prinsip “bayar diri sendiri dulu”

Begitu gajian, langsung sisihkan sebagian untuk investasi atau tabungan sebelum kamu sempat menggunakannya. Anggap itu tagihan wajib yang harus dibayar setiap bulan.

  1. Bikin tujuan keuangan yang jelas

Saat kamu punya target  misalnya dana darurat, beli rumah, atau pensiun dini, kamu jadi lebih disiplin untuk menahan diri. Karena setiap pengeluaran terasa “ada harganya terhadap impianmu”.

  1. Pisahkan rekening pengeluaran dan investasi

Salah satu kesalahan umum adalah menyatukan semua uang dalam satu rekening. Pisahkan rekening operasional dengan rekening untuk investasi agar lebih mudah mengontrol pengeluaran.

  1. Evaluasi gaya hidup setiap 6 bulan

Cek lagi apakah ada pengeluaran yang bisa dikurangi tanpa mengorbankan kualitas hidup. Kadang, sekadar mengganti kebiasaan kecil seperti berhenti langganan layanan streaming yang jarang ditonton bisa bantu keuanganmu lebih sehat.

Baca Selengkapnya: Marina Lorenzi, Frédéric Lesellier, Gamberini Bag, dan Dadaputìa Kini Hadir di Indonesia

Coba bayangkan dua orang dengan penghasilan berbeda.

– Rina, gajinya Rp8 juta, tapi ia selalu menyisihkan 20% untuk investasi.

– Budi, gajinya Rp12 juta, namun seluruhnya habis untuk gaya hidup  nongkrong, gadget baru, dan traveling tiap bulan.

Setelah 3 tahun, siapa yang lebih stabil secara finansial? Rina mungkin belum punya banyak aset, tapi ia punya dana yang terus berkembang. Sementara Budi, walau gajinya lebih besar, tidak punya simpanan berarti. Inilah contoh nyata bagaimana inflasi gaya hidup bisa membuat gaji besar tidak selalu berarti hidup lebih baik.

Naik gaji harusnya bikin naik kualitas finansial

Kenaikan gaji seharusnya membuatmu lebih kuat secara finansial, bukan justru makin terjebak dalam siklus pengeluaran. Dengan menahan sedikit keinginan konsumtif, kamu bisa membangun kebiasaan baru yang memberi manfaat jangka panjang.

Mulailah dari hal kecil: sisihkan sebagian gaji tambahanmu untuk investasi. Tidak perlu nominal besar, yang penting rutin dan konsisten.

Rasinesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top