
JAKARTA – “Who Knows Where Life Will Take You?” adalah album keempat Reality Club yang juga menyimpulkan perjalanan kuartet asal Jakarta tersebut sejauh ini.
Album ini direkam di Bangkok, Thailand bersama produser Brad Oberhofer, Iga Massardi dan Wisnu Ikhsantama serta dirilis ke platform musik digital pada 27 Agustus 2025 mendatang menyusul single “Quick! Love!” dan “You’ll Find Lovers Like You and Me”.
Inilah persembahan paling personal dan percaya diri dari Faiz Novascotia Saripudin (vokalis-gitaris), Fathia Izzati (vokalis), Era Patigo (drummer) dan Nugi Wicaksono (basis).
Selepas album Reality Club “Presents…” di tahun 2023 yang menghasilkan hit terbesar “Anything You Want”, sepasang piala AMI Awards, tur di Amerika Utara, dan menjadi pembuka tur Niki di Asia Tenggara, ternyata tantangan Reality Club selanjutnya adalah menaklukkan diri sendiri.
“Kami sudah punya tiga album dengan berbagai pencapaian yang kami syukuri. Namun, selalu ada rasa impostor syndrome yang membuat kami mengecilkan prestasi sendiri,” kata Faiz, dalam keterangan pers yang diterima tim Rasinesia, Senin (25/8/2025).
“Kali ini, kami menyudahinya. Jadi mantra album ini adalah ‘tak ada lagi impostor syndrome’.” tambahnya.
Alhasil, “Who Knows Where Life Will Take You?” menghadirkan suasana santai dan bebunyian indie rock yang menyerupai album perdana Reality Club, ditunjang kemampuan dan kematangan yang didapat dari pengalaman sembilan tahun bersama.
“Kalau dilihat sekarang, kami membuat “Never Get Better” agar bisa memasang musik sendiri di mobil; pada “What Do You Really Know?” kami ingin terlihat keren; dan di Reality Club “Presents…” kami ingin membuktikan ke diri sendiri kalau bisa membawakan berbagai genre, berkolaborasi dengan orkestra dan membuat video musik seperti film layar lebar,” jelas Faiz.
Menurutnya, di album ini mereka tidak berusaha membuktikan apa pun kepada siapa pun, termasuk ke diri sendiri. Oleh sebab itu, terasa ada kemiripan dengan album pertama mereka.
Awal Penulisan dan Cerita Album “Who Knows Where Life Will Take You?”
“Who Knows Where Life Will Take You?” berawal dari sesi penulisan selama sembilan hari di Ubud, Bali pada Mei 2024 yang menghasilkan 13 lagu di dalam album ini.
Sebagaimana album-album Reality Club sebelumnya, romansa dalam berbagai bentuk dan fasenya mencakupi mayoritas tema di “Who Knows Where Life Will Take You?”. Terutama lagu-lagu gubahan Faiz yang mempertahankan lirik tulus nan cerdas serta melodi memikat yang menjadi ciri khas mereka, seperti di dalam lagu “Muted Sirens” dan “You’ll Find Lovers Like You and Me” yang bernuansa melankolis.
Humor juga sarat terdapat di lagu “Lost Myself in Reveries”, “Finding a Catholic Man to Love the Love of My Life”, “Shut Up, Behave” dan “Thank You for Hijacking My Existential Crisis.”
Album ini turut merambah topik-topik yang terinspirasi dari orang-orang tersayang Reality Club, seperti “I’ll Do It Myself”, lagu pembuka liar gubahan Era yang dengan kocak menggambarkan frustrasi istrinya di tempat kerja.
Sementara itu, Fathia mempersembahkan “Mama’s Coming Home” yang tenteram untuk putranya, mencolek kehidupan asmara Faiz selaku abangnya pada “Quick! Love!” yang nyeleneh, dan merayakan perjalanan ayah mereka dari bocah kota kecil menjadi duta besar yang berkeliling dunia pada “Now I’m Diplomat” yang riang.
“Ada lagu-lagu tentang kehidupan, impian dan bahkan Tuhan,” kata Fathia, yang juga menyumbang lagu berjudul “Enough for You” yang mengiris hati.
“Butuh banyak menjalankan hidup dan mengalami dunia agar bisa menulis album ini, dan rasanya kami sudah banyak bertumbuh sebagai individu.” tambahnya.
Lagu Berbahasa Indonesia
Hal baru lain bagi Reality Club adalah karya pertama dalam bahasa ibu berupa lagu elegan berjudul “Close to You/Jauh” yang menceritakan sebuah pencerahan spiritual.
“Selama ini misal ditanya, ‘Kapan Reality Club punya lagu bahasa Indonesia?’ anggota yang lain hampir pasti nunjuk gue,” kata Nugi.
Nugi membantu mengadaptasi lagu Fathia ini, di samping ia turut menyumbang lagu “Does It Happen?”, sebuah tembang rock penuh harapan yang juga adalah lagu Reality Club perdana ciptaannya sendiri.
Ia mengaku tidak sabar untuk melihat akan seperti apa reaksi orang-orang mendengarkan lagu berbahasa Indonesia dari Reality Club.
Perjalanan sebagai Band Independen
Sambil kembali berjalan sebagai band independen yang sedang melalui transisi antarmanajemen sehingga harus mengurus sendiri segala urusan logistik, Reality Club menghabiskan Maret 2025 di Tree Recording Studio, Bangkok untuk menghindari distraksi dan memenuhi proses rekaman live yang sudah lama diidamkan.
Semua musisi – Fathia, Faiz, Nugi dan Era, ditambah Gerry Roithart yang menjadi gitaris panggung Reality Club selama tiga tahun terakhir, serta Upi Maajid yang baru-baru ini pindah peran dari monitor engineer menjadi pemain synth mereka–merekam sebagian besar lagu ini dengan bernyanyi dan memainkan instrumen secara serentak.
Mereka lalu menambahkan berbagai elemen belakangan, ketimbang mengisi bagian masing-masing satu per satu seperti biasanya.
Menurut Nugi, “Andil Gerry dan Upi memberi banyak ide baru dan hal yang tak pernah terbayang sebelumnya”.
Walau sempat khawatir akibat aturan studio yang hanya memperbolehkan rekaman dari pukul 10 pagi hingga 5 sore, ternyata itu mendorong Reality Club agar lebih efisien.
“Memang ada ketakutan kalau kami akan kekurangan waktu, tapi dengan mengetahui cuma bisa sampai jam 5 sore ternyata membantu kami menjadi sangat fokus dan kreatif karena deadline mindset itu riil,” kata Era.
Era menambahkan bahwa rekaman live benar-benar berdampak dan ia yakin mikrofon-mikrofon itu tak hanya menangkap suara dan instrumen mereka, tapi juga setiap tatapan, emosi dan tawa.
Libatkan 3 Produser Sekaligus
Dalam mewujudkan “Who Knows Where Life Will Take You?” di Bangkok, Reality Club melibatkan tiga produser dengan pendekatan yang berbeda.
Brad Oberhofer terbang dari Los Angeles untuk menggarap “Quick! Love!”, “Finding a Catholic Man to Love the Love of My Life”, “Lost Myself in Reveries”, “Enough for You”, “Mama’s Coming Home”, “Thank You for Hijacking My Existential Crisis” dan “You’ll Find Lovers Like You”.
“Saya sudah mendengar lagu-lagunya bersama band Oberhofer sejak masih kuliah. Ia sangat unik dan eksentrik, seorang musisi dan manusia yang luar biasa,” kata Faiz.
Menurutnya, Brad membiarkan lagu-lagunya kurang lebih seperti versi demonya, namun hal-hal kecil yang ditambahkannya serta caranya mengarahkan sungguh berdampak ke album secara keseluruhan.
Mereka juga mengajak Iga Massardi dari Barasuara yang menangani lagu “I’ll Do It Myself” dan “Shut Up, Behave” sambil menambahkan sentuhan khasnya sebagai gitaris.
“Sejak sesi menulis di Ubud, kami sudah memikirkan Mas Iga untuk memproduseri beberapa lagu. Ada bagian yang diubah atau ditambahkannya bahkan sebelum kami ke studio. Jadi ia sudah melakukan pekerjaan rumah dan membuat lagu-lagunya menjadi jauh lebih baik.” ujar Faiz.
Tim produser ini juga dilengkapi Wisnu Ikhsantama yang mengerjakan “Muted Sirens”, “Does It Happen?”, “Now I’m a Diplomat” dan “Close to You/Jauh” sambil mendampingi rekan produser lainnya di lagu-lagu garapan mereka, serta menata suara albumnya secara keseluruhan.
“Saya sudah senang bekerja dengan Tama sejak album kedua kami. Saya sangat suka bagaimana ia berusaha memahami emosi, kisah dan suasana di balik setiap lagu sebelum digarap,” kata Faiz.
Bayang-bayang Kesuksesan “Presents… “
Kesuksesan Reality Club di “Presents…” tentunya akan membayang-bayangi apa yang dihasilkan sesudahnya.
Namun, berkat rasa percaya diri Reality Club yang baru, bisa membuat album terbaik dalam hidup mereka sudah lebih dari cukup.
“Saya sudah menganggap album ini adalah sukses besar karena kami mencintainya, dan itulah kriteria kesuksesan nomor satu kami sejak dulu,” kata Faiz.
Nugi menambahkan bahwa album ini lebih personal dibanding sebelumnya karena mereka berempat turut merasa relate ke lagu-lagu di dalamnya.
Entah ke mana “Who Knows Where Life Will Take You?” akan membawa Reality Club, tapi mereka berharap pendengar terutama Goddess Rockstars, para penggemar setia mereka, akan ikut serta merayakan album ini.
“Album ini mengajari saya banyak hal, baik dari proses rekamannya maupun cerita-cerita lucu dan menyentuh yang dibagi saat membuatnya. Mudah-mudahan bisa bikin pendengar menjadi lebih baik juga.” ungkap Era.
“Saya berharap orang-orang tak hanya mendengar lagu-lagunya, tapi juga bisa mengapresiasinya dengan cara masing-masing,” kata Fathia.
Yang paling penting adalah Reality Club akhirnya sudah bisa benar-benar mengapresiasi diri mereka sendiri juga.
Faiz mengaku bahwa mereka punya sesuatu, entah itu talenta, sihir, ikatan atau apa pun itu. Mereka sudah bukan anak bawang lagi dan memang pantas meraih semua prestasi sejauh ini di Reality Club.
“Apa pun yang ada di masa depan, itu di luar kuasa kami. Tapi apa pun yang kami sudah capai, kami layak mendapatkannya.” tutup Faiz.
Rasinesia