Warna-Warni Sepuluh Tahun Perjalanan Synchronize Fest, Perwujudan Manis Slogan “It’s Not Just a Festival, It’s a Movement” 

Penampilan A4A CLAN di DISTRICT STAGE Synchronize Fest 2025 Day 3. Foto: Synchronize Fest 2025

JAKARTA -Gelaran Synchronize Fest 2025 resmi berakhir. Harmonisasi antara ratusan penampil dengan ribuan penonton selama tiga hari penyelenggaraan menjadi sebuah momen yang  dipastikan tidak akan terlupakan dalam ingatan.

Sebuah rangkaian keseruan yang menjadi lebih spesial, karena di tahun kesepuluhnya ini Synchronize Fest semakin menegaskan perannya di kancah musik Indonesia, yakni sebagai wadah pemersatu seluruh penggiat dan penikmat musik Indonesia.

Tidak hanya sebagai wadah, Synchronize Fest selalu menyuguhkan ragam hal seperti pertunjukan spesial, aksi kolaborasi lintas genre lintas generasi, ajang reuni band dan musisi, hingga memberikan ruang bagi nama-nama baru di industri.

Hal-hal tersebut menjadi karakteristik pembeda dari festival ini, juga menjadi sebuah wujud nyata dari slogan “It’s not just a festival, it’s a  movement” yang diusung di tiap penyelenggaraannya. 

Di tahun kesepuluhnya, Synchronize Fest bersama demajors dan ruangrupa hadir dengan tema #SalingSilang, menggambarkan bagaimana musik, seni, dan budaya bisa saling berkelindan satu sama lain. Tema #SalingSilang ditampilkan dengan beberapa aksi kolaborasi, mulai dari kolaborasi  legendaris Elvy Sukaesih bersama Tokyo Ska Paradise Orchestra, Kunto Aji bersama Yogyakarta Hadroh Clan, serta aksi kolaborasi Haddad Alwi & Opick.

Selain itu, Synchronize Fest 2025 bersama ruangrupa menyuguhkan satu hal yang belum pernah dilakukan di rangkaian sebelumnya, yakni menyulap area Hall D2 Gambir Expo menjadi sebuah pameran seni, menampilkan pameran-pameran hasil kurasi ruangrupa yang beberapa di antaranya bahkan belum pernah dipamerkan di Indonesia.

Hari terakhir Synchronize Fest 2025

Sinar matahari yang terik ternyata bukan menjadi halangan bagi para penonton untuk memadati area  pertunjukan sejak siang hari. Antusiasme yang menjalar dengan rata ke seluruh sudut area festival, tidak lama setelah gerbang dibuka.

Hari ketiga Synchronize Fest 2025 dimulai dengan penampilan Padi Reborn di Dynamic Stage, Efek  Rumah Kaca di District Stage, Wijaya 80 di Forest Stage, Tabrak Rang-Rangs di XYZ Stage, BATDD di  Gigs Stage, serta Candei di Panggung Getar dan Pelita Groove di Ruru Panggung Layar Tancap. 

Hal menarik terjadi saat Padi Reborn menjajal Dynamic Stage. Di penghujung penampilannya, sang vokalis Fadly memperkenalkan seluruh band yang akan memeriahkan panggung tersebut hingga malam hari. Sebuah gestur yang manis dari band senior yang sudah berkiprah sejak tahun 1997 silam.

Momen langka juga terjadi saat Kelompok Penerbang Roket menghajar Forest Stage. Terjadi momen  stage invasion dari puluhan penonton di area panggung yang sejatinya mempunyai jarak yang cukup tinggi antara penampil dengan penonton. Jelas, aksi tersebut menjadi salah satu highlight terbaik dari  Synchronize Fest 2025.

Aksi serupa juga terjadi di XYZ Stage. Jadwal tampil Jason Ranti dan Dongker yang berdempetan  menjadi sebuah penanda bahwa keduanya akan tampil bersama, juga merujuk ke fakta bahwa mereka  baru saja merilis sebuah album kolaborasi berjudul I Don’t Know and I Dongker yang rilis di Agustus  lalu. Alhasil, stage invasion tidak terelakkan saat Jason Ranti dan Dongker beraksi.

Baca Selengkapnya: Jason Ranti dan Dongker Rilis Album Kolaborasi “I Don’t Know And I Dongker”

Area panggung Oleng Upuk pun tak luput dari keseruan. Walau matahari masih terlihat wujudnya,  namun penonton seakan tidak peduli dan berjoget penuh energi seakan hari sudah berganti. Di momen sore hari tersebut, deck DJ di Oleng Upuk dijajal oleh SRM, Norrm Radio, Lamunai, dan DR. Yez.

Setelah jeda Maghrib, kerumunan penonton terpecah menjadi beberapa bagian. Beberapa memilih  memadati Dynamic Stage untuk menyaksikan pertunjukan spesial dari Superman Is Dead yang  merayakan 30 tahun perjalanan, beberapa lainnya memenuhi District Stage untuk melihat aksi Kangen  Band. Aksi solois muda Feby Putri di XYZ Stage pun juga dipadati oleh penggemarnya. 

Pertunjukan spesial lainnya di hari ketiga Synchronize Fest 2025 adalah Lomba Sihir yang membawa set Obrolan Jam 3 Pagi Show di Forest Stage. Tanpa basa-basi, lima lagu pertama dibawakan dengan intens oleh kuintet Baskara Putra, Enrico Octaviano, Natasha Udu, Rayhan Noor, dan Tristan Juliano. 

Salah satu nama yang paling ditunggu penampilannya di gelaran festival tahun ini adalah kembalinya The Trees & The Wild setelah absen di atas panggung untuk enam tahun lamanya. Di momen ini, sang unit post rock ditemani oleh duo Reney Karamoy dan Stella Gareth dari Scaller untuk tampil bersama. Total empat lagu berdurasi panjang dibawakan oleh The Trees & The Wild, sebuah jaminan kepuasan dan mengobati rindu para penonton yang sudah menanti cukup lama akan aksi mereka. 

Di jam yang sama, Synchronize Fest 2025 mempersembahkan tribut untuk mendiang Ricky Siahaan  dalam sebuah pertunjukan spesial bertajuk Riffmeister: The Legacy of Ricky Siahaan. Pertunjukan ini  melibatkan keluarga dan kerabat dari mendiang Ricky, seperti Amerta, Komunal, Step Forward, dan  Burgerkill. Para personel Seringai yakni Arian13, Sammy Bramantyo, dan Edy Khemod bersama Soleh  Solihun, Fadli ‘Aat’, dan Jill Van Diest serta Tabita dan Kara (istri dan putri mendiang Ricky) juga naik ke atas panggung untuk memberikan speech

“Who I am right now is all because of him, and I’m very thankful for that. He is truly the greatest dad  that I could ever have,” ucap Kara, putri dari mendiang Ricky Siahaan di atas panggung. 

Pertunjukan tribut lainnya adalah A Tribute to Gusti Irwan Wibowo yang hadir dengan penuh rasa haru di District Stage, juga sebagai sebuah perayaan dari ENDIKUP, album posthumous dari mendiang Gusti Irwan Wibowo. Segenap kolaborator yang juga merupakan keluarga dan teman-teman mendiang Gusti hadir di atas panggung, mulai dari Adjis Doaibu, Ardhito Pramono, Bilal Indrajaya, Bunga Nafisa, Danilla, GJLS, Hindia, Iga Massardi, Jebung, Kunto Aji, Morad, Nehru Rindra, Pamungkas, Sal Priadi, dan Teddy Adhitya beraksi dengan iringan musik dari Konco Kongkow.

Sama seperti dua hari sebelumnya, deretan aksi di Gigs Stage menyuguhkan pengalaman yang intim  antara band dengan penonton berkat area panggung yang minimalis. Di hari ketiga, mereka yang  menjajal Gigs Stage antara lain BATDD, Ministry Of, Morad, Skandal, Babon, Gledeg, dan Kenya. 

Bagi duo White Chorus, penampilan mereka di Synchronize Fest 2025 bisa dibilang sebagai sebuah  momen yang monumental bagi perjalanan bermusik keduanya. Bagaimana tidak, area XYZ Stage mereka buat gaduh, dikelilingi oleh penonton yang sudah memadati area bahkan saat White Chorus masih bersiap-siap.

Sebuah aksi yang meriah, juga dengan keterlibatan para teman White Chorus seperti Fury+, Kapsul, Wicigo Shawty, Obyrins, Dzulfahmi, dan Pradipta. Seluruh keseruan tersebut  menemui puncaknya saat tembang hits Minggu dibawakan, menyebabkan momen stage invasion yang lagi-lagi tidak terelakkan.

29 tahun setelah pertemuan pertamanya, akhirnya Elvy Sukaesih kembali berada di satu panggung  yang sama dengan Tokyo Ska Paradise Orchestra (TSPO). Sang ratu dangdut menghajar panggung dengan lagu-lagu andalannya seperti Sekuntum Mawar Merah serta Kereta Malam, hingga akhirnya ia resmi memperkenalkan TSPO ke atas panggung. 

“Waktu itu (29 tahun lalu), saya diundang ke sana (Jepang) untuk show di Shibuya. Masya Allah,  sambutan mereka di sana. Alhamdulillah, saya masih sehat sampai sekarang,” sambut Elvy Sukaesih. 

Kolaborasi antara Elvy Sukaesih dengan Tokyo Ska Paradise Orchestra disuguhkan dengan dua lagu,  yakni Bisik-Bisik Tetangga dan Kopi Dangdut. Sebuah momen yang bersejarah yang mungkin tidak akan terulang lagi dalam waktu dekat. 

Dalam rentang waktu yang berdekatan, The Adams bersama Hornstar Big Band mengguncang District  Stage. Sementara aura penuh kegelapan membayangi XYZ Stage berkat aksi dari The City Crypts (Denisa, Pelteras, Morgensoll).

Menuju malam yang semakin larut, giliran Centil Era yang mengambil alih panggung Dynamic Stage.  Pertunjukan spesial dari Synchronize Fest 2025 ini menampilkan nostalgia musik pop era 2000-an yang  catchy, dimeriahkan oleh Citra Scholastika, Astrid, Shanty, She, Naykilla, T2, Aura Kasih, Sinta & Jojo,  serta Pinkan Mambo. Lagu-lagu hit macam Jadikan Aku Yang Kedua, Hanya Memuji, Jangan Bilang Siapa Siapa hingga yang teranyar Garam dan Madu menjadi repertoar yang disajikan oleh pertunjukan spesial Centil Era. 

Penutup pamungkas dari hari ketiga Synchronize Fest 2025 adalah A4A Clan: WIB (Waktunya Indonesia Breakbeat). Walau jam menunjukkan hampir pergantian hari, namun nyatanya area District Stage masih dipenuhi penonton untuk  menyaksikan aksi dari A4A Clan.

Lagi-lagi, kerumunan terpecah di jam terakhir hari ketiga Synchronize Fest 2025. Sisa-sisa tenaga dari  ratusan penonton dialihkan ke Forest Stage untuk Morfem serta ke XYZ Stage untuk The Panturas.  Spesial bagi The Panturas, tampilnya mereka di XYZ Stage bisa dibilang sebagai sebuah nostalgia,  mengingat di festival tahun 2019 lalu mereka meluluhlantakkan panggung tersebut. Enam tahun  berselang, The Panturas kembali melakukan hal yang sama.

Hadirnya Prontaxan di Oleng Upuk menjadi penanda bahwa rangkaian Synchronize Fest 2025 resmi  berakhir. Ribuan penonton resmi menyudahi kumpulan memori manis yang terjalin dengan indah  selama tiga hari gelaran festival.

Sebagai sebuah penyelenggaraan yang kini berusia sepuluh tahun, sekali lagi Synchronize Fest berhasil  mewujudkan slogan utama mereka, “It’s not just a festival, it’s a movement” yang diusung di tiap  tahunnya. Sepuluh tahun terlewati dengan banyak kenangan manis, kini Synchronize Fest optimis untuk menempuh sepuluh tahun selanjutnya.

Sampai bertemu kembali di Synchronize Fest 2026!

Rasinesia

2 komentar untuk “Warna-Warni Sepuluh Tahun Perjalanan Synchronize Fest, Perwujudan Manis Slogan “It’s Not Just a Festival, It’s a Movement” ”

  1. Pingback: Cody Jon Kemas Nuansa Film Dance 2000-an Lewat Singel “Honey” – Rasinesia

  2. Pingback: Synchronize Fest Membuka Penjualan Loyalty Ticket 2026, Warga-Wargi Turut Sumbangsih Program Donasi Menanam Mangrove di Kepulauan Seribu – Rasinesia

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top